Rabu, 28 Desember 2016

Lepas

Malam ini aku tak berani menghitung banyak bintang di langit.
Rasanya semakin dalam aku menghitung, semakin nyata kalau bintang itu adalah rindu.
Semakin mencemaskan saja.

Pun rasanya aku tak ingin terlalu dalam meresapi dingin malam.
Aku takut, nanti tiba-tiba dingin itu berubah jadi rindu.
Membuatku menjadi gila. Dan tertawa tangis.

Sudahlah...

Mungkin lepas dan pasrah adalah cara.
Cara merasa rindu.
Cara merasa kamu.
Dan cara merasa jatuh.
Padamu.

-BaiFahrun, 21 Desember 2016.

Kamis, 13 Oktober 2016

Rindu Matiku

Aku adalah rindu yang terpukul semu
Tubuhku membeku terkaku-kaku

Aku serasa jatuh bersama ribuan rintik hujan
Meniti, melewati sela-sela daun kering dan hancur dipeluk tanah
Hilang,
Lenyap,
Ditelan panas

Tangis-tangisku seperti tak di dengar
Teriak-teriakku serasa diabaikan
Rindu mati
Takkan kubayang selayak mimpi
Tak kupandang sepandang asa

Biarku kubur ia dalam-dalam
Bersama rasa yang tak terucap
Bersama raga yang tak termiliki

Matilah jiwa merindu
Matilah bersama surya yang tersenyum
Bersama rembulan yang memejam

Selasa, 06 September 2016

Larut

'Kali ini aku kalah.
Aku akui aku membutuhkanmu.
Jauh dalam relung yang penuh debu.
Pulanglah, jiwa ini ini lelah bertopang diri sendiri. Jiwa ini betul-betul merindu.'
Kali ini aku betul-betul termenung dan terperangah. Aku tak tahu ditinggalkan olehmu adalah rasa sakit yang teramat dalam. Tidak ada hari yang aku habiskan selain bermenung. Bercengkrama dengan sunyiku  dan bergelut dengan rasa sepi. Mereka teman abadi yang aku punya. 'Hai teman abadi, terimakasih telah setia padaku.'
Melupakanmu?.
Sudah, aku sudah mencobanya dengan keras. Tapi itu sangat sulit, tak semudah waktu aku mengingatmu. Menghafal raut wajahmu, senyum dan cemberut yang membuatku terperangah.
Sudahlah, pun tak ada salahnya kau pergi. Jikapun kau kembali maka aku terima kau kembali meski aku harus memperbaiki kesalahan yang dulu katamu pernah aku buat. Aku tahu, semuanya takkan sama lagi. Setidaknya mari sama-sama berusaha.
Jikapun kau tak kembali, tak mengapa. Mungkin kau sudah menemukan jalan baru yang lebih nyaman kau telusuri.
Terimakasih, telah pernah mencinta.

Kamis, 18 Agustus 2016

Sore

'Ada hal dimana kamu benar-benar harus bisa merelakan.
Ada hal dimana kamu benar-benar harus bisa mengikhlaskan.
Pergilah sejauh apapun kau hendak melangkahkan kakimu. Takkan lagi ada yang mencegatmu. Toh jika Allah berbaik hati, dia akan memulangkanmu dengan cara baik padaku.
Benar, sore itu indah sekali. Warnanya merah saga. Sore yang indah bagimu tapi tidak bagiku.'
Sore itu adalah sore dimana kamu betul-betul meninggalkanku. Entah apa yang menjadi alasan utamamu untuk pergi, aku tak tahu. Sore itu, aku melihat pohon yang padanya ada ranting-ranting mati, disitu adalah tempat bertemunya dua ekor burung untuk hinggap. Tak banyak yang mengetahui, disuatu sudut kecil. Ada lubang yang padanya terdapat seekor semut hitam. Dia linglung, tertinggal oleh kawanannya. Jikapun pada sore itu aku bisa berbicara padanya, maka aku akan mengatakan; Kau sama sepertiku!.
Sudahlah, tak ada gunanya lagi aku berlamat-lamat mengenangmu. Menjadi orang yang terlupakan adalah hal yang tak diingini.
Pergilah selagi niatmu bulat. Aku takkan berulang-ulang mencegatmu untuk tetap bisa setia bersamaku dalam rangkul angin. Disini.
Silahkan pergi. Raih senangmu, rangkul bahagiamu. Aku lebih suka bersama semut disini. Bukan gila, tapi aku suka tertawa bersamanya.
'Disuatu sore. Kala itu senja saga ibarat surga bagi sepasang burung. Tapi tidak bagiku, dan bagi semut kecil.'

Rabu, 10 Agustus 2016

Untuk Sahabat

'Aku merasakan hal itu benar-benar hilang.
Aku merasakan hal itu takkan pernah terulang kembali.
Inilah sebuah pertemuan yang amat aku sesali.'
Awal bertemu dahulu, aku tak ingin menggubris siapa dirimu. Sejahat apapun atau sebaik apapun kau tetap orang asing bagiku.
Suatu hari, sapaan itu pecah dikala aku menatapmu dengan penuh keanehan. Kau menyapa seraya mendekat dan mencoba menghangatkan suasana.
Hari-hari terasa jelas kita lewati dulu, tapi waktu itu aku hanya menganggapmu teman, tidak lebih apalagi sebagai seorang sahabat. Entahlah, tanpa komando canda dan tawa mengalir seperti air diantara kita. Tanpa henti. Apapun suasananya, aku benar-benar nyaman disisimu sebagai dua sejoli pengembara.
Tak jarang, masalah datang silih berganti, tapi tetap dalam sekejap semuanya hilang. Kita kembali dalam dunia tawa yang kita punya.
Hanya sebentar waktu itu terjadi. Entah sebuah hukum alam, kehendak semesta atau yang lainnya. Dengan hari yang datang silih berganti, tanpa ada kompromi sedikitpun. Inilah sebuah pertemuan yang aku sesali.
Ketika aku mengenal arti sahabat, seketika itu Tuhan menyuruh kita berpisah untuk berjalan pada jalan kita sendiri.
'Kini, betul aku katakan aku rindu celaan kalian.
Aku rindu kala tawa kita benar-benar pecah.
Aku rindu kala masalah hanya nama diantara kita.'
Sekarang hanya jarak yang ada dalam sebuah tawa. Terkadang ingin sekali rasanya hati ini menyapamu dari kejauhan, meski hanya sekedar bertanya kabar. Tapi, rasa segan lebih besar saat itu. Rasa segan mengganggu aktifitasmu, sahabat. Bagiku sekarang, mendengar kabarmu saja sudah cukuplah bagiku. Selagi kau sehat disana dan lancar menjalani aktifitasmu aku turut senang disini.
Berkumpul bersama dengan kalian? Aku pikir hanya sebuah ekspektasi belaka.
Dari dasar kesunyian saat ini. Do'aku tetap terpancar rapi untukmu. Semoga salamku sampai padamu. Semoga kau tak melupakan kisah yang kita lalui bersama dulu.
Bagaimana kabarmu disana sahabatku? Semoga kau tak melupakan aku disini. Banyak cerita yang ingin aku sampaikan padamu, tapi tunggulah. Jalani saja kehidupan kita masing-masing disini.
Sejauh apapun kau melangkah sahabatku, pulanglah sesekali. Bawakan aku oleh-oleh hasil keringatmu sendiri.
Aku bangga menjadi sahabatmu!.

Senin, 08 Agustus 2016

Tentang Dirimu

Aku ingin lamat-lamat bercumbu dengan kesendirian.
Aku merasakan diriku betul-betul sepenuhnya ada disana.
Entahlah, sejak kehilanganmu aku merasakan gula itu sangat pahit.
Inilah aku, terus tenggelam dalam sakit. Sakit dalam mengenangmu. Mengenang kisah yang telah kita ukir dengan tinta yang takkan pernah bisa terhapus.
Banyak tanya yang terus menggeluti pikiranku, seolah mereka meminta keadilan pada tuannya. Mereka terus saja meronta membuat sakit hati ini. Mengulang-ulang pertanyaan; Mengapa kau pergi? Mengapa kau memilih meninggalkanku? Apakah aku jahat? Apakah aku tidak pernah jujur padamu? Atau apakah ada serigala datang yang berharap daging segar padamu?. Aku tak tahu mengapa kau pergi, hanya itu alasanku untuk menjawab pertanyaan mereka.
Tidak, aku tak punya alasan menyalahkanmu. Aku tak punya alasan menyalahkan perjumpaan, waktu, jarak apalagi keadaan. Aku hanya menjatuhi kesalahan pada diriku sendiri yang tak lagi mampu menahanmu untuk tetap berpeluk denganku.
Tak lagi ada yang bisa aku lakukan. Aku hanya mengharap sisa-sisa bayang agar bisa membentuk dirimu secara utuh lagi. Sama seperi diri yang aku jumpai tepat pertama kali dulu. Tapi aku tahu, itu hal yang tak mungkin terjadi.
Sudahlah, tak mengapa, pergilah bersama keyakinan yang kau punya dan carilah kebahagiaan barumu disana. Sesekali jika kau ada waktu jenguklah orang hina yang mengharap dirimu kembali, lihatlah dia pada peraduan sunyinya. Tak lagi ada sesosok manusia yang mampu membuatnya tersenyum kecuali kepulangan dirimu. Cukup hadiahi dia senyum tulus saja, dia akan merasa bahwa dia adalah manusia yang paling beruntung di wajah tanah.
Karena senyummu ibarat kesejukan, mendamaikan jiwa dalam suasana apapun yang aku rasa.

Sabtu, 30 Juli 2016

Wujud

Cinta adalah hal dimana kamu harus benar-benar melupakan. Hanya sementara, bukan untuk selama-lamanya.
Sepasang kekasih yang mencinta lambat laun akan berada diantara dua persimpangan semesta. Dua persimpangan itu tidaklah bagus untuk dilihat dan tidaklah enak untuk terasa. Simpangan itu bernama 'Tinggalkan' dan satu simpangan lagi bernama 'Sakiti'.
Cinta tidaklah rumit, cinta hanya cermin yang senantiasa akan mengikuti wujud asli dari apa yang dipantulkan padanya.
Cinta juga tidak kotor, dia akan tetap suci. Karena cinta lahir dan mati atas nama kesucian. Terkadang gambaran manusia selalu melebih-lebihkan.
Bagimu yang memang mencinta, tetapkan hatimu dengan kokoh. Persimpangan? Itu hanya perkataan dari manusia yang putus asa dan manusia yang menyakiti dirinya sendiri dan menyalahkan cinta. Jika kau tetap bertahan pada rasa yang kau miliki, menunggu adalah pilihan terbaikmu di persimpangan itu. Menunggu dia yang akan benar-benar datang dan menunjukkan jalan lain padamu.
Cinta tidaklah munafik. Terkadang manusia selalu membuat kesan buruk pada hal yang berlawanan dengan hatinya. Padahal manusia itulah yang memunafikkan dirinya sendiri.
Benar, mencintai adalah hal lain untuk saling melupakan. Tapi ingat, melupakan sembari kau harus tetap memperbaiki diri dengan mengenal jelas apa itu cinta. Bukan hanya dirimu tapi juga dirinya. Dan akhirnya, setelah semuanya kau lakukan dengan penuh kesabaran, maka kembalilah. Kembalilah dengan cinta tertulus sebagai seorang manusia.
Cinta sejati memang takkan pernah ada. Tapi jika kau menamakannya dengan cinta yang suci atas dasar Ilahi maka kau akan merasakan sejatinya cinta itu.
Cinta adalah hal dimana kamu harus benar-benar melupakan. Hanya untuk sementara dan bukan selama-lamanya.

Jumat, 15 Juli 2016

Kau Terlalu Lucu

Entah seberapa lama aku mulai memperjuangkan perasaan yang sangat menyakiti ini. Aku lupa, kapan aku memulai hal yang ternyata diluar kemampuanku dan bagaimana kondisiku saat itu. Yang aku lakukan hanyalah berlari mengrjarmu, berusaha merangkulmu meski hanya sekedar angin yang menerpa dada.
Dahulu aku sangat yakin perjuanganku takkan berakhir secara sia-sia. Aku bermimpi, aku akan berada di sebelahmu. Menatap lamat-lamat matahari yang tergelincir jatuh. Sungguh hanya sesederhana itulah mimpiku. Tapi entahlah, akupun mulai letih berlari, aku mulai muak bermimpi. Setiap langkah yang aku ayunkan hanyalah menambah beban dan aku terus berpijak pada ranjau yang kau pasang sedemikian rupa. Engkaupun takkan pernah melihat kebelakang kearahku. Tentang sebagaimana kerasnya usahaku disini.
Inikah yang kau lakukan pada penggemarmu. Kemudian kau perbudak dia dengan perasaan?.
Katakan padaku, ini hanyalah sebuah dongeng belaka!.

Kamis, 14 Juli 2016

Kau Menang Aku Kalah

Aku memang benar-benar tenggelam di danau yang kau penuhi dengan rasa kemanjaan. Aku benar-benar merasa hidup di danau ini, meskipun dia bisa kering dengan seketika. Tapi aku tak pernah membayangkan hal itu terjadi, aku percaya kau akan tetap bersamaku dengan danau ini. Bagiku bersamamu adalah senyaman detik yang pernah ada. Sejengkal pun aku tak ingin beranjak di sini. Ini kenyamananku.
Tapi entalah, terkadang takdir suka membuat seseorang menderita. Terkadang kemauannya sangat memilukan, lebih pahit dari apapun yang tercipta di dunia. Itulah takdir, dia berusaha keras mengeringkan danau yang aku sudah berenang bebas sejak dulu disitu. Dia mengusirku keluar tanpa ampun dan tanpa belas kasihan. Dia menyuruhku untuk bersegera mungkin melupakanmu. Tertawa aku di buatnya. Dan seiring berjalannya waktu aku baru mengetahui, ternyata kau sudah bersekongkol dengannya, lembut cara kalian membunuhku. Sudah katakan saja kau yang hendak beranjak pergi.
Akupun tidak akan pernah berusaha menahan mu disini. Aku tak pernah berusaha menahan hati yang memang sudah tak ingin menetap bersamaku lagi. Aku tahu, kau tidak akan meninggalkan apapun untukku. Bahkan danau itu, hanya sebuah jebakan belaka agar aku bisa mati tenggelam disana.
Silahkan pergi, meski sulit untukku terima. Sangat sulit tentunya, karena melupakanmu berarti aku akan menghapus separuh dari kehidupanku. Tapi aku patut menerima itu semua.
Kita sudah tidak sejalan lagi. Kau memilih pergi dengan amarahmu dan aku memilih menetap dengan sabarku. Aku tinggal bersama mimpi yang kian menepi dan mati tanpa diketahui. Pergilah, jika memang itu yang menjadi pilihan tetap bagimu. Akupun takkan menahanmu secara penuh. Jikapun kau memang sebagian dari apa yang aku hirup, kau akan datang membantuku bernapas. Jikapun sebaliknya, setidaknya aku akan mati dalam keadaan tersenyum sambil menunggumu kembali.

Kamis, 07 April 2016

Mari, Kasihku

Sungguh memilukan apa yang aku rasa, begitu runyam. Serasa ingin menangis aku dibuatnya.
Terlalu letih aku berjalan pada kebenaran.
Hai kasihku...
Dimana dirimu sekarang?...
Kenapa kau menghilang layaknya asap tanpa tetesan hujan?. Kenapa kau menghilang atas kegundahan yang aku rasa.
Mana sapaan tangan lembut yang biasanya membelai rambut ijuk ini?. Mana senyum lembut yang membungkam tangis ini?.
Kerinduan akan pelukmu sudah lagi tak mampu aku bendung. Serasa ingin menangis aku dalam dekapmu.
Hai kasihku...
Rangkul diriku, aku ingin tenang dalam senyapmu.

Senin, 14 Maret 2016

Heningku

Heningku...
Teruntuk sepasang mata
Teruntuk sekeping hati
Heningku...
Teruntuk sebuah nama
Yang selalu aku puja dalam malam
Heningku...
Teruntuk jarak
Yang akan bertahta sebentar lagi
Heningku...
Kini aku berada diantara kepingan dinding
Diantara kumpulan bantal
Diantara kepulan asap pembunuh
Untuk heningku...
Kutarik dalam napas
Kuhenyak tubuh, mematung
Aku diam
Dalam hening
Sepi
Ditelan hening

Kamis, 10 Maret 2016

Ini Harapku

Pada sang penantang, kembalilah keperaduan Barat-mu. Lewati celah horizontal yang telah disediakan. Tidur yang nyenyak untuk bangun esok hari.
Pada serdadu kapas Tuhan, aku ingin berbaring diatas lembutnya sayap yang kalian kepakkan.
Pada lentera malam, aku ingin bertengger dilekuk tanganmu. Melihat kelap kelip lampu dunia.
Para pengawal Tuhan, pernahkah kalian mengeluh untuk melakukan suruhan yang secara berulang kalian lakukan?.
Aku ingin seperti kalian, merekahkan senyum bibir para malaikat yang ada didekatku.
Aku ingin seperti kalian, tanpa haus akan kata lelah untuk tetap mencintai, dia yang aku cinta dalam diam.
Aku ingin membuat, dia yang aku cinta tetap terbangun, terjaga dan tersenyum gembira. Sama seperti kalian, para pengawal Tuhan.
Hai, para pengawal Tuhan.
Akan aku buat kalian tersipu malu.
Akan aku buat kalian bertepuk tangan padaku. Ini harapku.

Ini Harapku

Pada sang penantang, kembalilah keperaduan Barat-mu. Lewati celah horizontal yang telah disediakan. Tidur yang nyenyak untuk bangun esok hari.
Pada serdadu kapas Tuhan, aku ingin berbaring diatas lembutnya sayap yang kalian kepakkan.
Pada lentera malam, aku ingin bertengger dilekuk tanganmu. Melihat kelap kelip lampu dunia.
Para pengawal Tuhan, pernahkah kalian mengeluh untuk melakukan suruhan yang secara berulang kalian lakukan?.
Aku ingin seperti kalian, merekahkan senyum bibir para malaikat yang ada didekatku.
Aku ingin seperti kalian, tanpa haus akan kata lelah untuk tetap mencintai, dia yang aku cinta dalam diam.
Aku ingin membuat, dia yang aku cinta tetap terbangun, terjaga dan tersenyum gembira. Sama seperti kalian, para pengawal Tuhan.
Hai, para pengawal Tuhan.
Akan aku buat kalian tersipu malu.
Akan aku buat kalian bertepuk tangan padaku. Ini harapku.

Kamis, 03 Maret 2016

Merubah Sedikit

Aku, memang terus terlambat selangkah dibelakang dalam hal mendekatimu.
Aku, juga lebih memilih diam dalam memujimu, ketimbang mengusikmu tanpa alur.
Pikiranku mulai mengosong. Hatiku mulai melang - lang entah kemana. Hitam dan putih sama saja warnanya. Tak tahu rasa untuk mengecap.
Semuanya serasa seolah kusandarkan kepada takdir Tuhan-ku. Takdir yang sudah ia gariskan dengan rapi sebelum roh-ku ditiupkan kebadan. Takdir yang seolah aku tak bisa membantah akarnya.
Seiring perjalanan waktu, akupun lebih suka melamun. Lamunanku berbicara hendak menggeser sedikit haluan dari takdir.
Aku ingin membuat sebuah cerita baru, meskipun sulit dan mungkin tak terjadi. Tapi ini tidaklah melawan kehendak-Nya.
Aku ingin melakukannya, menggeser sedikit haluan takdir untuk bisa dekat denganmu. Karena tuhan-ku menyuruhku berusaha untuk mencari sekeping hati yang aku tak tahu letaknya dimana. dan aku berharap ada padamu.
Aku ingin mengubah sedikit saja, dekat denganma dan aku tidak lagi didahului oleh orang lain.
Mengubah haluan untuk membuatmu tersenyum, dan menangis atasku. Bukan orang lain.

Selasa, 05 Januari 2016

Mengenang, Berangan dan Diam

Mengenangmu dan berangan-angan atas itu adalah caraku untuk menikmati seduhan kopi pahit yang telah kubuat sendiri. Racikan yang pas dengan penuh rasa.
Mengenangmu dan berangan-angan atas itu adalah caraku untuk menikmati rintikan deru hujan yang meniti lambat dan pelan, disamping jendela kecilku.
Mengenangmu dan berangan-angan, juga adalah caraku dalam menghargai detik yang terbuang saatku tak mampu bangkit akan keterpurukan dari anak panah yang menghujam tepat didada kiriku.
Mengenang atas rindu yang telah terucap.
Mengenang atas kata yang tak terbantah.
Sebuah kelucuan yang terjadi, saat kita saling mengucap kata rindu yang antah berantah seperti malaikat maut yang tak sabar hendak mencabut nyawa seseorang.
Mudah bagimu untuk membuatku seperti mayat berjalan. Ditakuti oleh semua orang, padahal aku hanya ingin merasa sedikit kebahagiaan yang diciptakan.
Aku terlalu takut berbicara rindu kepadamu yang tengah sibuk berbual dengan manusia lain.
Aku terlalu takut untuk berbicara kalau aku membutuhkanmu saat kau terbahak bersama manusia lain.
Ketakutan sedah merajalela dalam otakku. Ketakutan akan sebuah permintaan, harap dan angan takkan pernah sampai.
Biarlah aku disini, diperkaya akan diam. Dibesarkan oleh diam. Bermain dengan diam dan mati dengan diam.
Diam dalam mengenangmu. Dan diam dalam berangan-angan padamu adalan caraku menikmati detik berlalu dalam hidupku, sendu dan caraku berjumpa dengan sang pemilik jubah putih

Senin, 04 Januari 2016

Titik ke-9

Aku hanya menuliskan 9 titik pada secarik kertas yg kusobek. Beberapa titik yang aku orer sedikit besar pada secarik kertas itu.
Aku lipat dan mulai melipat bagian yang terkatung tegang. ribuan khayal berkecamuk dalam otakku, akan aku buat apa 9 titik ini? Dan akan aku buat apa secarik kertas yg kusobek ini?.
Fikiranku mulai berkelana, menebas ribuan pohon kayu yang menyemaki perjalananku dulu. Perjalanan berat yang aku tempuh
untuk mengupas klise-klise indah bersamamu. Bagiku menebas-terdiam-dan mematung, memang demikian caraku untuk menghayal bersamamu.
Teringat saat aku mengantarmu pulang, peganganmu sangat kuat yang melekat sedikit dipinggangku, aku tahu kau amat ketakutan kalau jatuh dan itu adalah caraku untuk tetap erat bersamamu. Sebuah klise yang kudapat ketika aku berhasil menemukan puing
Titik pada sebuah logam yg berisi cerita kita. Dahulu.
Bukan, sekali lagi bukan maksudku untuk mengingatkanmu akan kisah kita dulu. Ini hanya sebuah kerja otak yang sedang berjalan saat 9 titik ingin bersatu dan ingin mengaitkan menjadi satu titik besar. Dimana aku ingin melihatnya secara berulang dan bukan untuk mengingatkanmu bagaimana cerita klise yang kita alami, dahulu.