'Kali ini aku kalah.
Aku akui aku membutuhkanmu.
Jauh dalam relung yang penuh debu.
Pulanglah, jiwa ini ini lelah bertopang diri sendiri. Jiwa ini betul-betul merindu.'
Kali ini aku betul-betul termenung dan terperangah. Aku tak tahu ditinggalkan olehmu adalah rasa sakit yang teramat dalam. Tidak ada hari yang aku habiskan selain bermenung. Bercengkrama dengan sunyiku dan bergelut dengan rasa sepi. Mereka teman abadi yang aku punya. 'Hai teman abadi, terimakasih telah setia padaku.'
Melupakanmu?.
Sudah, aku sudah mencobanya dengan keras. Tapi itu sangat sulit, tak semudah waktu aku mengingatmu. Menghafal raut wajahmu, senyum dan cemberut yang membuatku terperangah.
Sudahlah, pun tak ada salahnya kau pergi. Jikapun kau kembali maka aku terima kau kembali meski aku harus memperbaiki kesalahan yang dulu katamu pernah aku buat. Aku tahu, semuanya takkan sama lagi. Setidaknya mari sama-sama berusaha.
Jikapun kau tak kembali, tak mengapa. Mungkin kau sudah menemukan jalan baru yang lebih nyaman kau telusuri.
Terimakasih, telah pernah mencinta.
Selasa, 06 September 2016
Larut
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar