Aku ingin lamat-lamat bercumbu dengan kesendirian.
Aku merasakan diriku betul-betul sepenuhnya ada disana.
Entahlah, sejak kehilanganmu aku merasakan gula itu sangat pahit.
Inilah aku, terus tenggelam dalam sakit. Sakit dalam mengenangmu. Mengenang kisah yang telah kita ukir dengan tinta yang takkan pernah bisa terhapus.
Banyak tanya yang terus menggeluti pikiranku, seolah mereka meminta keadilan pada tuannya. Mereka terus saja meronta membuat sakit hati ini. Mengulang-ulang pertanyaan; Mengapa kau pergi? Mengapa kau memilih meninggalkanku? Apakah aku jahat? Apakah aku tidak pernah jujur padamu? Atau apakah ada serigala datang yang berharap daging segar padamu?. Aku tak tahu mengapa kau pergi, hanya itu alasanku untuk menjawab pertanyaan mereka.
Tidak, aku tak punya alasan menyalahkanmu. Aku tak punya alasan menyalahkan perjumpaan, waktu, jarak apalagi keadaan. Aku hanya menjatuhi kesalahan pada diriku sendiri yang tak lagi mampu menahanmu untuk tetap berpeluk denganku.
Tak lagi ada yang bisa aku lakukan. Aku hanya mengharap sisa-sisa bayang agar bisa membentuk dirimu secara utuh lagi. Sama seperi diri yang aku jumpai tepat pertama kali dulu. Tapi aku tahu, itu hal yang tak mungkin terjadi.
Sudahlah, tak mengapa, pergilah bersama keyakinan yang kau punya dan carilah kebahagiaan barumu disana. Sesekali jika kau ada waktu jenguklah orang hina yang mengharap dirimu kembali, lihatlah dia pada peraduan sunyinya. Tak lagi ada sesosok manusia yang mampu membuatnya tersenyum kecuali kepulangan dirimu. Cukup hadiahi dia senyum tulus saja, dia akan merasa bahwa dia adalah manusia yang paling beruntung di wajah tanah.
Karena senyummu ibarat kesejukan, mendamaikan jiwa dalam suasana apapun yang aku rasa.
Senin, 08 Agustus 2016
Tentang Dirimu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar