'Ada hal dimana kamu benar-benar harus bisa merelakan.
Ada hal dimana kamu benar-benar harus bisa mengikhlaskan.
Pergilah sejauh apapun kau hendak melangkahkan kakimu. Takkan lagi ada yang mencegatmu. Toh jika Allah berbaik hati, dia akan memulangkanmu dengan cara baik padaku.
Benar, sore itu indah sekali. Warnanya merah saga. Sore yang indah bagimu tapi tidak bagiku.'
Sore itu adalah sore dimana kamu betul-betul meninggalkanku. Entah apa yang menjadi alasan utamamu untuk pergi, aku tak tahu. Sore itu, aku melihat pohon yang padanya ada ranting-ranting mati, disitu adalah tempat bertemunya dua ekor burung untuk hinggap. Tak banyak yang mengetahui, disuatu sudut kecil. Ada lubang yang padanya terdapat seekor semut hitam. Dia linglung, tertinggal oleh kawanannya. Jikapun pada sore itu aku bisa berbicara padanya, maka aku akan mengatakan; Kau sama sepertiku!.
Sudahlah, tak ada gunanya lagi aku berlamat-lamat mengenangmu. Menjadi orang yang terlupakan adalah hal yang tak diingini.
Pergilah selagi niatmu bulat. Aku takkan berulang-ulang mencegatmu untuk tetap bisa setia bersamaku dalam rangkul angin. Disini.
Silahkan pergi. Raih senangmu, rangkul bahagiamu. Aku lebih suka bersama semut disini. Bukan gila, tapi aku suka tertawa bersamanya.
'Disuatu sore. Kala itu senja saga ibarat surga bagi sepasang burung. Tapi tidak bagiku, dan bagi semut kecil.'
Kamis, 18 Agustus 2016
Sore
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar