Selasa, 29 September 2015

Apa kabar, wanita manisku?

Apa kabar, wanita manisku?
Apakah engkau baik-baik saja,?
Kuberikan satu ungkapan hati terdalam untukmu, yang sangat kau sukai. 'Seorang wanita yang telah dilengkapi oleh sang pencipta dengan keindahan jiwa dan raga. Adalah sebuah kebenaran yang nyata. Yang hanya bisa kita pahami dengan cinta kasih, dan bisa kita sentuh dengan kebajikan. Dan, jika kita mencoba melukiskan yang demikian itu, ia akan menghilang laksana kabut petang.'
Wahai engkau, wanita manisku. Aku masih berharap engkau mau menungguku, hingga kudatang. Dengan kasih yang selama ini kita pendam

Senin, 28 September 2015

Cepat Pulang

Aku bukan seorang penyair yang mampu memikat ribuan orang dengan sepenggal kata. Aku juga bukan pujangga, merayu, bukanlah kepandaianku dalam memanipulasi. Juga bukan orang kaya, yang mampu membeli semua yang ada diatas ranah tanah ini.
Aku hanyalah manusia biasa. Dan takkan berdaya, jika Illahi tidak memberikan roh untukku bernaung. Aku hanyalah manusia sederhana, yang hanya mampu memberikanmu senyuman.
Manusia lemah, yang hanya punya rasa rindu yang menggebu. Saat jarak itu kembali mampu merenggut kebahagiaan dan memisahkan raga kita. Aku hanya bisa merasakan bayang tubuhmu dengan susah payah. Tak ayal, aku sering termenung karena tak kuasa menahan pilu dan sakit akan kerinduan.
Harapku mungkin selalu terdengar oleh semut, ingin hari demi hari akan cepat berlalu. Doaku selalu terpancar, semoga disana kau tetap dalam keadaan baik. Semoga kau tetap terjaga oleh selimut-Nya. Hingga nanti kau pulang kembali, dan kita bisa habiskan detik bersama.
Dalam khayalku kini, aku ingin menggenggam tanganmu tanpa lepas. Berbaring dipangkuanmu, bercerita tentang pilu yang ku rasakan. Menangis, saat tak ada yang mampu menenangkan jiwa ini dulu.
Aku berjanji, di sepersekian detik waktu yang kita punya bersama. Takkan ku buang dengan sia-sia. Aku akan menikmati ranum pipimu, manisnya senyum bibirmu, dan sayunya kedua kelopak matamu.
Biarlah sekarang kita memperbaiki diri di antara renggangan jarak.
Cepat pulang...

Rindu

Aku bukan seorang penyair yang mampu memikat ribuan orang dengan sepenggal kata. Aku juga bukan pujangga, merayu, bukanlah kepandaianku dalam memanipulasi. Juga bukan orang kaya, yang mampu membeli semua yang ada diatas ranah tanah ini.
Aku hanyalah manusia biasa. Dan takkan berdaya, jika Illahi tidak memberikan roh untukku bernaung. Aku hanyalah manusia sederhana, yang hanya mampu memberikanmu senyuman.
Manusia lemah, yang hanya punya rasa rindu yang menggebu. Saat jarak itu kembali mampu merenggut kebahagiaan dan memisahkan raga kita. Aku hanya bisa merasakan bayang tubuhmu dengan susah payah. Tak ayal, aku sering termenung karena tak kuasa menahan pilu dan sakit akan kerinduan.
Harapku mungkin selalu terdengar oleh semut, ingin hari demi hari akan cepat berlalu. Doaku selalu terpancar, semoga disana kau tetap dalam keadaan baik. Semoga kau tetap terjaga oleh selimut-Nya. Hingga nanti kau pulang kembali, dan kita bisa habiskan detik bersama.
Dalam khayalku kini, aku ingin menggenggam tanganmu tanpa lepas. Berbaring dipangkuanmu, bercerita tentang pilu yang ku rasakan. Menangis, saat tak ada yang mampu menenangkan jiwa ini dulu.
Aku berjanji, di sepersekian detik waktu yang kita punya bersama. Takkan ku buang dengan sia-sia. Aku akan menikmati ranum pipimu, manisnya senyum bibirmu, dan sayunya kedua kelopak matamu.
Biarlah sekarang kita memperbaiki diri di antara renggangan jarak.
Cepat pulang...

Sabtu, 26 September 2015

Menghargai sepersekian detik nikmat

Mari kita hargai setiap udara yang masih diberikan Tuhan kepada kita. Juga menghargai setiap setiap rezeki yang belum pernah terputus dan terus mengalir seperti darah yang teralir pada urat nadi. Mari kita hargai setiap detik waktu yang kita punya dengan berbagi, mengasihi, dan mencurahkan kegundahan dengan orang yang kita sayang. Karena, menghargai tak sebatas mengagumi dengan sunggingan bibir. Tapi, menghargai adalah salah satu proses dimana kita akan menemukan diri sendiri.
Hal menghargai udara yang diberikan, mari kita sama - sama menjaga alam ini. Jangan hanya berbuat kerusakan yang seolah - olah menjadikan mu sebagai raja diantara raja jelata.
Hal meghargai dan memberikan semua yang kau bisa kepada orang lain. Hargai setiap detik yang kau peroleh darinya. Membuatnya tersenyum dan tertawa lepas disampingmu adalah tindakan yang takkan ternilai harganya. Menghilangkan sejenak keluh dan kesah yang setiap saat terus datang tanpa henti. Satukan setiap renggangan jemari yang mending.
Sudah sewajarnya yang hidup merasa lelah atas ujian yang ada. Mengeluh dan meratapi kesendirian hanya akan membuang sepersekian detik yang berhaga. Patutnya itu kau gunakan untuk bersama mereka, orang - orang yang kau sayangi. Mereka diciptakan juga untuk menemanimu, agar kau tidak sendiri. Jangan hanya kau peradukan jemari dinginmu sendiri. Jari orang yang menyayangimu akan setia menanti dan mencapai kehangatan.
Sandarkan kepalamu, jika merasa penat. Orang - orang yang kau sayangi dan menyayangimu akan tetap setia untuk menunggumu.
Hanya tinggal kau saja yang harus lebih membuka mata dan hati. Memberikan apa yang kau bisa berikan kepada orang yang kau sayangi dan menyayangimu. Tentang kau yang berfikir sendirian itu adalah sebuah pilu yang sangat salah. Mereka yang menyayangimu sedang menunggu dengan tersenyum, mereka yang menyayangimu masih ada, dan tetap setia menantimu, memelukmu dan menggenggam jemari dingin kecil mu.
Jangan selalu biarkan dirimu terhanyut dan terbuai dalam ke fana'han dunia. Berlari, temui mereka dan rangkul orang yang kau sayangi dan menyayangimu.

Selasa, 22 September 2015

Arti Menghargai Keberadaan

Sekarang aku baru tahu, apa arti menghargai keberadaan itu.
Kapan itu?.
Saat semua yang kau inginkan telah pergi.
Saat semua yang kau mau takkan kau dapatkan lagi.
Relakan saja, itu bukan salah dia yang datang. Bercermin baik ke diri sendiri. Bukan untuk mencari sisi lemah dari orang lain.
Sulit rasanya untuk melarang. Melarang mu untuk berbuat sesuatu yang beraromakan tak sedap di hidung. Semuanya telah terlanjur sudah, karena sedikit noda yang tak tahu dari mana datangnya.
Yang hanya bisa dilakukan adalah tersenyum. Menutup telinga jika siulan itu terlalu kuat. Menutup mata, jika tak sanggup lagi untuk melihat. Dan tersenyum dalam kepalsuan.
Saat mereka ada, memang susah untuk bertanya. Mengapa kau disini? Untuk apa? Bagaimana kau datang?. Dan saat mereka pergi, tak perlu ada yang menjawabnya. Kaun sendiri yang akan tahu, apa alasan mereka pergi.
Penyesalan patutnya kau peruntukkan pada dirimu. Karena sebuah tanya, 'MENGAPA?'. Mengapa kau tak menghargai, mengapa kau tak menggenggamnya, mengapa kau tak memeluknya. Mengapa kau usir keluar dia dari sangkarnya?.
Itu salahmu sendiri, sekarang dia sudah terbang bebas. Dan kau hanya terperangkap dalam sangkar yang kau buat sendiri, karena kelalaian dan kecerobohan waktumu untuk tidak menghargainya.
Sudah, jangan berharap hujan dimusim kemarau. Memang akan turun hujan, tapi tak semudah yang kau kira. Dalam percintaanmu, tak perlu mengharapkan dia kembali. Karena meski dia kembali kau juga takkan bisa menghargai keberadaannya.
Saat semua yang kau inginkan telah pergi.
Saat semua yang kau mau takkan kau dapatkan lagi.
Kelak kamu akan tahu, dimana arti menghargai keberadaan itu.

Kamis, 10 September 2015

Kapal yang tertunda

Banyak hal didunia ini yang tak sejalan dengan harapan. Kadang sudah mencintai tapi tak dihargai. Kadang sudah melakukan yang terbaik, berharap mendapat senyum, malah tangis yang didapat.
Hidup itu aneh, serasa apapun yang kamu mau pasti takkan dapat. Tapi, pernahkah kamau sadar. Semua itu, buka takkan didapat, tapi Tuhan menyuruh kita berusaha keras untuk mendapatkannya.
Juga memang tak ada salahnya berusaha keras untuk sebuah rasa yang kamu punya. Karna, jika seorang pengagum yang jatuh tersungkur pun, akan berdiri kembali dan berjuang lagi dengan penuh harap.
Namun, satu hal yang harus kamu pertimbangkan baik-baik. Berjuang dan berusaha dengan cinta juga ada batasnya. Dan kamu pasti akan tahu, kapan harus berjalan ulang. Mencari kapal baru yang memang mengajakmu untuk benar-benar berlayar. Meninggalkan kapal yang hanya memberimu secerca harapan palsu.
Cukup berusaha dengan baik dan menjaga yang kamu sayang dengan tidak terlalu. Jika berulang-ulang kamu tetap merasa sakit, lepaskan saja. Karena dari situ kamu pasti akan  belajar, kapan untuk memulai dan berjalan ulang. Meninggalkan pelabuhan dimana kamu berjuang sepenuh hati, tapi tetap tak dihargai.

Senin, 07 September 2015

Tak Terbalas

Ada sebuah rasa yang ingin menyeruak keluar.
Saat rindu bertemu rindu, tapi tak terbalas.
Saat mata hanya beradu pandang.
Saat kaki hendak melangkah, namun terhenti. Karena tak tahu arah jalan untuk menuju.
Aku tahu, tak ada hati yang tak ingin berdekatan. Semuanya ingin dimanja. Tapi terkadang, Tuhan berkata lain untuk mempersatukan.
Ada kalanya tidak kenal awal, tapi bersatu akhir.
Ada kalanya bertemu awal, lalu berpisah, lalu bersatu akhir.
Ada kalanya bertemu awal tapi tak bersatu akhir.
Semuanya ditulis dalam buku takdir sebelum kita dilahirkan didunia. Memang tak semua takdir bisa di ubah. Namun, juga tak ada salahnya untuk berusaha merubah sedikit takdir itu. Tuhan pun takkan marah. Asal itu tepat, dan sesuai dengan jalan.
Konsekuensinya cuma merubah, berubah dan hilang.
Saat takdir tak dapat lagi untuk dirubah. Mungkin Hilang adalah salah satu cara untuk menghapus kesedihan. Karena lelah sudah pasti membelenggu.
Pergi berjalan menusuri jalan baru. Berusaha melupakan kerinduan yang tak pernah terbalas.
Menghargai, tapi sering tak dihargai.

Sabtu, 05 September 2015

Kerinduan

Memang, saat yang terindah itu adalah saat perjumpaan dan pertemuan dengan orang yang kita sayang. Meneguk segelas minuman dengan cerita tawa melepas kerinduan.
Tapi terkadang, tak semua harapan itu menjadi sebuah kenyataan. Terkadang Tuhan menguji kita dengan sedikit cobaan. Ada saatnya, itu hanya terbuai dalam khayalan. Hingga menghasilkan senyum dalam lamunan yang berkesinambungan.
Hanya sepi yang menghiasi. Saat jarak ratusan kilo meter menjadi halangan untuk melepas kerinduan. Serta aktivitas yang selalu membuat komunikasi menjadi flat.
Namun aku percaya, dalam hati kau dan dalam hati ini tersimpan kerinduan yang mendalam. Kita sama-sama ingin meluapkan, tapi tak bisa. Hanya kesabaran yang harus diperkuat. Dan yang paling utama adalah rasa percaya dan saling menjaga.
Percaya bahwa, kita akan bertemu. Melepas kerinduan. Menangis meluapkan emosi. Kita akan bertemu, Tuhan akan mempertemukan hamba yang saling menjaga kesabaran

Jumat, 04 September 2015

Aku yang ingin ada untukmu

Sejak aku mulai jatuh terbuai dalam pandangan pertama itu, aku selalu ingin memanjakan dan ingin mengenalmu lebih dalam. Dalam dengan rasa dan dalam dengan sebuah dekapan cinta.
Meski tak jarang aku masih tetap gagal dan jatuh. Tapi, aku takkan menyerah dengan hanya semudah itu. Bagiku, itu hanya sebuah awal dari permulaan untuk membangun sebuah pondasi cinta.
Satu hal yang terus menjadi landasan untukku bernaung, dan  yang membuatku selalu ingin berusaha dan berjuang adalah, genggaman tangan yang masih tetap erat saat aku terjatuh ribuan kali. Baik dalam dinginku, kau masih tetap memeluk dengan dekapan yang menenangkan jiwa. Kau masih tetap tersenyum meski menahan derasnya air mata yang ingin menghujam keluar, saat melihatku kembali gagal untuk memanjakan dan mengenalmu.
Tapi untuk sekarang, tenangkan dan lepaskan emosi yang membelenggu jiwamu itu. Aku baik-baik saja. Izinkan aku untuk tetap berjuang dijalanku. Kelak, saat aku benar-benar bisa membuatmu tersenyum bahagia, maka saat itulah. AKU, berhasil mendapatkan apa yang sudah aku perjuangkan selama ini.
Namun, jika semua yang aku perjuangkan hanya berujung sia-sia. Dan AKU hanya tinggal nama yang terukir lemah diatas batu nisan. Satu hal yang harus kau ingat, dengan batu nisan itu aku kirimkan senyum dan pelukan. Meski tak terlihat dan tak terasa. Dan satu hal lagi yang ingin aku sampaikan. Aku teramat sangat mencintaimu.

Kamis, 03 September 2015

Kau

Aku hanya ingin mengungkapkan sedikit kekagumanku kepadamu. Sebenernya tidak bisa terungkap dan takkan pernah bisa terungkap. Ntahlah terkadang aku dibuatnya tersenyum, dibuatnya mabuk kepayang.
Apa yg harus aku ungkapkan ketika mata ini langsung tertuju kepada wajah indah dan seketika mulut ini jadi bisu.
Hingga tak sanggup mengatakan 'A'. Terlalu kuat hipnotis senyum yang kau tujukan.
Bola mata putih yg indah, hidung yg membuatku kembali memperlihatkan taring, dan bibir yang membuatku seolah" menjadi patung.
Dan apalagi yg harus ku ungkapkan? Tak ada, tak ada satupun.
Kau yang terindah yg pernah kulihat, kupunya. Dan ku genggam.
Seakan tak ingin kulepaskan. Apakah aku boleh tetap menggenggam mu? Aku berharap akan teru begitu. Dan ahhh..., memang tak ada yang bisa ku ungkapkan lagi. Hanya AKU SAYANG PADAMU